Rabu, 28 Maret 2012

ANALISIS GEGURITAN “SUJUD”

Febri Hermawan, 1006776302


SUJUD
            Rohadi Ienarta

mung sujud
bakal ngrumangsani
ana Langit
ngurung laku
(dikutip dari Panyebar Semangat Np. 31, 1 Agustus 1998)

à   Aspek Bunyi
Geguritan atau “puisi bebas” karya Rohadi Ienarta di atas merupakan contoh pola persamaan bunyi yang sudah tidak lagi menampakkan puisi Jawa tradisional. Rima akhir /d/, /i/, /t/ dan /u/ tidak ditampilkan secara berpola. Oleh karena itu, pemarkah spasial tidak tampak akibat kehadiran bunyi yang tidak berpola. Akan tetapi, bunyi yang dihadirkan pada puisi tersebut menjadi salah satu kekuatan yang fungsional karena tidak semata-mata ingin meghadirkan makna estetis.
à   Aspek Spasial
Geguritan ini hanya memiliki spasial tidak konvensional karena hanya terdiri atas empat gatra dan masing-masing gatra hanya terdiri atas dua kata. Namun demikian, masih dapat diperoleh makna kontekstual: mung sujud / bakal ngrumangsani / ana Langit / ngurung laku, meskipun tanpa menghadirkan tembung panggandeng ‘kata sambung’. Fungsi aspek spasial geguritan ini kurang menghadirkan makna estetis.
à   Aspek Kebahasaan
Tampilan bahasa pada geguritan ini tidak mengikuti kaidah kebahasaan secara utuh sebagaimana tampak melalui paramasatra ‘tata bahasa’ yang ditampilkan. Penulisan Langit (dengan huruf /l/ kapital) merupakan contoh “penyimpangan” penggunaan huruf kapital. Huruf kapital /l/ berfungsi aksentuatif dan konotatif untuk kata Langit sehingga berpengaruh pada makna kontekstual secara keseluruhan.
Dilihat dari leksikalnya, sangat sederhana dalam pengertian berasal dari kosa kata sehari-hari yang produktif, tetapi tidak ditemukan kosa kata asing dan dialek. “Sujud” merupakan majas dalam bentuk wacana “luas” dalam menyatakan atau mengungkapkan suasana “hening”, perasaan “insyaf”, pribadi “lemah”, tempat “suci dan hal-hal lain sehingga sesuai dengan tematik wacananya, yaitu menyembah Yang Maha Esa. Selain itu, puisi pendek ini mengandung leksikal yang dapat disebut sebagai majas. Ngurung laku ‘mengurung langkah’ merupakan majas personifikasi. Ungkapan tersebut merupakan “bentukan” baru atau tidak klise.
à   Aspek Pengujaran
Subjek Pengujaran
Berdasarkan kehadirannya dalam wacana, subjek pengujaran dalam geguritan ini termasuk ke dalam subjek pengujaran ekstern. Artinya, subjek pengujaran tidak hadir dalam wacana atau tidak bertindak sebagai aku liris. Jika dilihat dari wujud wacana sebagaimana dituturkan oleh subjek ujaran, termasuk geguritan yang monolog.
Objek Pengujaran
Subjek Ujaran
Geguritan ini menghadirkan subjek ujaran secara tersurat. Subjek ujarannya adalah sujud ‘bertelut’. Kosa kata itu dapat dianggap menduduki subjek kalimat dengan bakal ngrumangsani ‘akan menginsyafi’ sebagai predikat dan Langit ‘langit’ sebagai objek. Kata sujud juga merupakan sebab yang mengakibatkan bakal ngrumangsani / ana Langit / ngurung laku ‘akan menyadarkan / adanya Langit / mengurung langkah’. Dengan demikian, subjek ujaran dalam geguritan ini sekaligus menjadi judul dan menjadi bagian dari leksikal judul wacana.
Tema
Tema dalam geguritan ini lebih kuat tampil melalui aspek kebahasaannya. Hal tersebut karena ada indikasi kaitan yang erat antara leksikal judul dengan tema wacananya. Pada intinya, geguritan ini bertema keagamaan.
Latar dan Alur
Pada geguritan ini alur tidak mucul karena tidak bersifat naratif. Begitu pula dengan latar, tidak dimunculkan.

1 komentar:

  1. trim mas... udah jadi bahan analisis. nyaris saya lupa dengan karya saya ini. salam sehat selalu...

    BalasHapus