Jumat, 09 Desember 2011

Makalah untuk Lomba Debat Bahasa se-Jabodetabek Banten 2011


 Pemanfaatan Fungsi Bahasa dan Sastra Indonesia
sebagai Pembentuk Karakter Bangsa (Positif/Afirmatif)
 
Penyaji:
Arif Nur Setiawan
Febri Hermawan
Wahyu Seta Aji
 
Program Studi Jawa
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2011
I.                   Pendahuluan
            Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku bangsa, agama, dan bahasa. Perbedaan tersebut bukanlah sebagai pemisah, akan tetapi perbedaan tersebut adalah warna yang dapat saling melengkapi sehingga menimbulkan rasa persatuan dan harmoni dalam keberagaman. Rasa persatuan Indonesia dibina dan dipupuk sejak Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Isi sumpah pemuda yang menjunjung persatuan Indonesia yaitu bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu menunjukkan bahwa bahasa adalah faktor penting dalam membangun sebuah bangsa. Tanpa bahasa sebuah bangsa tidak dapat dikatakan merdeka dalam hal sosial budaya. Bahasa Indonesia dapat berkembang dengan pesat dikarenakan oleh perencanaannya yang matang. Perencanaan tersebut terdiri atas perencanaan status dan perencanaan korpus. Dapat kita diketahui bahwa dari segi perencanaan status bahasa Indonesia memiliki status hukum yang kuat sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36. Dalam hal perencanaan korpus, bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan dalam hal ejaan, kosakata, dan tata bahasa sehingga mengalami perkembangan dalam hal kualitas.
            Bangsa Indonesia boleh berbanggga karena dengan bahasa Indonesia beragam suku bangsa dapat bersatu padu dan berkomunikasi. Bahasa Indonesia mendorong semangat kebangsaan dan nasionalisme yang luar biasa dalam membentuk karakter kebangsaan. Sesuai dengan fungsinya yang termaktub di dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 2009, bahwa bahasa Indonesia berperan sebagai jatidiri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, sarana komunikasi antar daerah dan antarbudaya, bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, pengembangan kebudayaan nasional, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan teknologi, seni, dan bahasa media massa. Oleh karena itu, tidak dipungkiri bahwa bahasa adalah suatu bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan (Koentjaraningrat: 2002). Kebudayaan  itu sendiri adalah sekelompok gagasan, tindakan, dan hasil karya yang dikembangkan dengan cara belajar (Koentjaraningrat: 2002). Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan apa yang dipelajari dan dipikirkan oleh manusia. Melalui bahasa kebudayaan pemilik bahasa dapat diketahui karena realitas kultural diungkapkan, diwujudkan, serta dilambangkan (Kramsch: 1998). Sehingga kita dapat menarik kesimpulan bahwa bahasa adalah representamen dari kebudayaan.

II.                Pembahasan
            Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati bersama dan dijadikan sebagai sarana komunikasi oleh suatu kelompok masyarakat. Dengan bahasa itu pula suatu kelompok masyarakat memiliki identitas atau jati dirinya. Bahasa Melayu yang kemudian menjadi bahasa Indonesia adalah suatu bukti bahwa bahasa menunjukkan bangsa, wujud eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Perwujudan tersebut dilaksanakan berdasarkan asas persatuan, kedaulatan, kehormatan, kebangsaan, kebhinnekatunggalikaan, ketertiban, kepastian hukum, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.  
Selain itu, bahasa berkaitan erat dengan sastra. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona (Sumarno dan Saini). Dalam hal ini bahasa berperan sebagai media atau sarana pengungkapan yang diwujudkan melalui tulisan. Salah satu wujudnya adalah adalah karya sastra. Beberapa contoh karya sastra adalah puisi, dongeng, novel, roman, dan lain sebagainya. Dalam hal ini kami membuktikan bahwa bahasa dan sastra Indonesia berpengaruh terhadap pembentukan karakter bangsa melalui studi kasus karya sastra berupa puisi dan dongeng. Karya sastra tersebut membentuk karakter dan mentalitas pembaca dalam hal penanggulangan degradasi moral. Berikut ini merupakan contoh puisi baru:
Dari genre puisi baru di atas, kita dapat menganalisis puisi tersebut dari berbagai sudut pandang. Dalam puisi tersebut dikisahkan bahwa ada beberapa ibu yang rela bekerja mencari nafkah untuk membantu sang suami guna memenuhi kebutuhan keluarga. Akses transportasi tidak menjadi penghalang untuk memperoleh rupiah. Dapat disimpulkan bahwa puisi tersebut mengandung pesan moral bahwa untuk mencapai sesuatu yang kita citakan pasti membutuhkan perjuangan. Perjuangan tersebut seyogyanya dilakukan dengan ikhlas dan kerja keras. Pesan moral yang terkandung secara tersirat tersebut mengajarkan dan atau mendidik para penikmat dan pembacanya dalam hal bersikap dan bertindak. Dari segi bahasa, puisi tersebut menggunakan diksi atau pilihan kata yang indah dan menarik, hal ini dimaksudkan agar pembaca menjadi tertarik.
            Dalam contoh studi kasus yang kedua, kami mencoba menganalisis dongeng, salah satu karya sastra yang populer. Kita pasti sudah pernah bahkan sering mendengar kisah ”Bawang Putih dan Bawang Merah”. Dalam dongeng tersebut dikisahkan bahwa bawang putih adalah sosok pribadi yang santun, legawa, serta ikhlas dalam menghadapi tindakan kesewenang-wenangan ibu tiri dan saudara tirinya yang bertindak diluar batas dengan memperlakukannya seperti pembantu. Namun, dia menanggapi semua perlakuan tersebut dengan sabar. Pada akhirnya dia memperoleh kebahagiaan ketika dia dipersunting oleh seorang pangeran. Pada intinya, cerita rakyat tersebut mengandung nilai pendidikan tentang kemanusiaan.
III.             Simpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang memberikan semangat kebangsaan dan nasionalisme bagi bangsa Indonesia. Dengan bahasa persatuan, beragam suku bangsa yang memiliki beragam bahasa daerah dapat berkomunikasi satu sama lain. Bahasa erat kaitannya dengan sastra karena kita dapat belajar mengenai nilai-nilai sehingga dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Pada hakikatnya sastra memiliki fungsi (1) didaktis, (2) rekreatif, (3) estetis, (4) moralitas, dan (5) religiusitas. Dengan demikian sastra melalui karya sastranya seperti puisi, novel, dongeng, dan lain sebagainya dapat membentuk karakter dan mentalitas pembaca. Hal ini dikarenakan isi atau pesan moral yang terkandung didalamnya mengajarkan kita dalam hal kebaikan. Sehingga pemanfaatan bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam menumbuhkan semangat nasionalisme, identitas, dan karakter bangsa.
Daftar Acuan
Effendi, S. 2007. Sikap Wajar Memandang Hari Depan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Munsyi, Alif Danya. 2005. Bahasa Menunjukkan Bangsa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Purwoko, Herudjati dan Im Hendrarti. 2004. Rekayasa Bahasa dan Sastra Nasional. Semarang: Masscom Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar